Studi Google Ungkap: 90% Pekerja Teknologi di Dunia Telah Memanfaatkan AI dalam Pekerjaan

Adopsi AI Merebak: 90% Pekerja Teknologi Gunakan Kecerdasan Buatan dalam Pekerjaan, Kata Google
Sebuah studi terbaru dari Google mengungkapkan bahwa mayoritas besar pekerja di industri teknologi kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam pekerjaan mereka, terutama untuk tugas-tugas seperti menulis dan memodifikasi kode. Temuan ini menyoroti pergeseran signifikan dalam cara profesional teknologi beroperasi di era digital.
Gelombang Adopsi AI di Industri Teknologi
Laporan yang dirilis oleh divisi riset DORA Google, didasarkan pada 5.000 respons dari profesional teknologi di seluruh dunia, menunjukkan bahwa 90% responden menggunakan AI dalam pekerjaan mereka. Angka ini meningkat 14% dari tahun sebelumnya, menandakan percepatan adopsi teknologi AI di berbagai sektor.
AI: Antara Harapan dan Kekhawatiran Terhadap Lapangan Kerja
Kebangkitan AI telah memicu berbagai pandangan, mulai dari kekhawatiran hingga janji akan potensi transformatifnya terhadap pekerjaan dan ekonomi. CEO Anthropic, Dario Amodei, sempat menjadi berita utama pada bulan Mei lalu ketika ia menyatakan bahwa AI dapat menyebabkan lonjakan pengangguran. Meskipun sentimen ini telah diredam oleh beberapa profesional industri teknologi lainnya, beberapa data memang menunjukkan bahwa pekerja tingkat pemula menghadapi kesulitan yang semakin besar dalam mencari pekerjaan di bidang rekayasa perangkat lunak, sebuah tren yang muncul di tengah gelombang PHK di industri teknologi secara keseluruhan.
Google dan Persaingan di Pasar Alat AI untuk Pengembang
Google adalah salah satu dari banyak perusahaan yang berupaya memanfaatkan pergeseran menuju pengembangan perangkat lunak yang dibantu AI. Perusahaan ini menawarkan berbagai alat, mulai dari yang gratis hingga berbayar sekitar $45 per bulan, yang membantu dalam pembuatan kode dan penerapan agen yang dapat menangani tugas-tugas pengembangan perangkat lunak. Google menghadapi persaingan ketat, tidak hanya dari raksasa seperti Microsoft, OpenAI, dan Anthropic, tetapi juga dari startup pengkodean AI seperti Replit dan Anysphere, yang valuasi perusahaannya melonjak seiring semakin banyaknya perusahaan teknologi yang mengadopsi AI.
Integrasi AI yang Tak Terhindarkan di Google
Ryan J. Salva, yang mengawasi alat pengkodean Google seperti Gemini Code Assist, menyatakan bahwa "sebagian besar" tim di Google menggunakan AI. Menurutnya, teknologi ini telah tertanam dalam setiap aspek, mulai dari cara penulisan dokumentasi hingga editor kode Google. "Jika Anda seorang insinyur di Google, tidak dapat dihindari bahwa Anda akan menggunakan AI sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari Anda," kata Salva dalam sebuah wawancara menjelang perilisan laporan tersebut.
Persepsi Kualitas dan Kepercayaan terhadap Kode yang Dihasilkan AI
Meskipun para developer menggunakan AI, bukan berarti mereka semua menemukan nilai yang tinggi dalam setiap fitur yang ditawarkan. Survei menunjukkan bahwa 46% profesional teknologi yang berpartisipasi menyatakan bahwa mereka "agak" percaya pada kualitas kode yang dihasilkan AI, sementara 23% hanya percaya "sedikit", dan 20% percaya "banyak". Lebih lanjut, 31% mengatakan AI "sedikit meningkatkan" kualitas kode, sementara 30% berpendapat tidak ada "dampak".
Salva menjelaskan bahwa pada skala satu hingga lima, di mana satu adalah prediksi teks dasar dan lima adalah kemampuan untuk memberikan perintah umum yang tidak jelas kepada AI, pengembangan perangkat lunak AI berada di antara tahap tiga dan empat. Ini berarti AI dapat memecahkan masalah di berbagai sistem, tetapi masih memerlukan tinjauan manusia dan "banyak jaring pengaman" untuk memastikan akurasi dan keamanannya.
Tantangan Bagi Pekerja Teknologi Tingkat Pemula
Adopsi alat AI terjadi pada masa yang menantang bagi pekerja teknologi tingkat pemula. Tingkat pengangguran untuk lulusan ilmu komputer dan rekayasa komputer kini lebih tinggi daripada bidang-bidang seperti sejarah seni dan bahasa Inggris, menurut The New York Fed. Selain itu, daftar lowongan pekerjaan untuk peran rekayasa perangkat lunak di Indeed turun 71% antara Februari 2022 dan Agustus 2025. Beberapa lulusan ilmu komputer baru-baru ini, seperti Julio Rodriguez, mengaku harus melamar lebih dari 150 pekerjaan sebelum mendapatkan peran, meskipun umumnya tetap optimis tentang prospek karier mereka di masa depan dan menyadari bahwa AI mengubah sifat pekerjaan.
Masa Depan Pengembangan Perangkat Lunak dengan AI
Salva berada di pihak mereka yang percaya bahwa ada bagian-bagian penting dari pengembangan perangkat lunak yang tidak dapat diotomatisasi dan bahwa AI akan menyederhanakan bagian-bagian yang dianggap membosankan oleh para pekerja. Namun, ia mengakui bahwa setidaknya sebagian dari peningkatan adopsi AI mungkin berasal dari buzz atau gembar-gembor seputar teknologi ini.
"Pengembangan perangkat lunak adalah industri fesyen... Kita semua mengejar gaya celana jins berikutnya," katanya. "Dan ketika ada begitu banyak percakapan tentang itu, semua orang bersemangat untuk mencoba hal baru itu."