AI

Waspada! 41% Sekolah Alami Insiden Siber Berbasis AI, Kesiapan Jadi Sorotan Utama

IIstiyanto
26 views
Waspada! 41% Sekolah Alami Insiden Siber Berbasis AI, Kesiapan Jadi Sorotan Utama

Ancaman Siber Berbasis AI Meningkat di Lingkungan Pendidikan

Sebuah studi terbaru mengungkap fakta yang mengkhawatirkan: sebanyak 41% sekolah di Amerika Serikat dan Inggris telah mengalami insiden siber yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (AI). Insiden ini bervariasi mulai dari kampanye phishing hingga konten berbahaya yang dibuat oleh siswa menggunakan AI. Temuan ini menyoroti kesenjangan signifikan dalam kesiapan dan penegakan kebijakan keamanan siber di lembaga pendidikan.

Rincian Insiden Siber AI di Sekolah

Survei yang dilakukan oleh TrendCandy untuk Keeper Security ini melibatkan 1.460 administrator pendidikan di AS dan Inggris. Dari sekolah-sekolah yang melaporkan insiden siber terkait AI:

  • 11% menyatakan insiden tersebut menyebabkan gangguan.
  • 30% lainnya berhasil menghentikan insiden dengan cepat.

Mayoritas institusi, yaitu 82%, merasa "agak siap" untuk menghadapi ancaman siber terkait AI. Namun, angka ini turun drastis menjadi 32% untuk mereka yang merasa "sangat siap". Keyakinan yang dibarengi kehati-hatian ini mengindikasikan bahwa meskipun sekolah-sekolah menyadari risiko, masih ada celah besar dalam kesiapan secara keseluruhan dan ketidakpastian mengenai efektivitas perlindungan yang ada.

Anne Cutler, Cybersecurity Evangelist di Keeper Security, menyatakan, "Penelitian kami menemukan bahwa meskipun hampir setiap pemimpin pendidikan prihatin terhadap ancaman terkait AI, hanya seperempat dari mereka yang merasa yakin dalam mengidentifikasinya." Cutler menambahkan bahwa tantangannya bukan pada kurangnya kesadaran, melainkan kesulitan dalam mengetahui kapan AI berubah dari alat bantu menjadi ancaman. "Alat yang sama yang membantu siswa membuat esai juga dapat disalahgunakan untuk membuat pesan phishing yang meyakinkan atau bahkan deepfake seorang teman sekelas. Tanpa visibilitas, sekolah kesulitan memisahkan penggunaan yang sah dari aktivitas yang menimbulkan risiko."

Insiden Siber AI Cenderung Tidak Terlaporkan?

Angka 41% sekolah yang telah mengalami insiden siber terkait AI dinilai sangat tinggi, namun mungkin tidak mengejutkan mengingat proliferasi cepat dan sebagian besar tidak terkontrol dari alat AI di lingkungan pendidikan.

David Bader, Direktur Institute for Data Science di New Jersey Institute of Technology (NJIT), mengungkapkan kekhawatirannya: "Angka ini mengkhawatirkan karena menunjukkan bahwa hampir separuh lembaga pendidikan kita berurusan dengan tantangan keamanan sebelum mereka memiliki kesempatan untuk membangun perlindungan yang tepat." Bader juga menyoroti bahwa sekolah secara historis merupakan target rentan untuk serangan siber karena keterbatasan anggaran keamanan siber dan staf IT. Pengenalan alat AI — banyak di antaranya diadopsi secara mandiri oleh siswa dan fakultas tanpa pemeriksaan institusional — telah secara dramatis memperluas permukaan serangan.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah angka 41% ini kemungkinan hanya mewakili insiden yang berhasil dideteksi dan dilaporkan oleh sekolah. Artinya, angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.

James McQuiggan, CISO Advisor di KnowBe4, setuju. "Berdasarkan seberapa cepat sekolah mencoba mengadopsi alat AI dan kemungkinan besar tanpa praktik kebersihan keamanan siber yang kuat, angka ini bisa jadi konservatif," ujarnya. Ia menambahkan bahwa banyak sekolah tidak memiliki sumber daya dan tata kelola yang diperlukan untuk mengelola AI dengan aman bagi siswa, yang meningkatkan risiko paparan dan penyalahgunaan data.

Paul Bischoff, Consumer Privacy Advocate di Comparitech, juga tidak terkejut dengan angka tersebut, terutama karena insiden tersebut mencakup email phishing. Menurutnya, AI membantu pelaku phishing yang mungkin bukan penutur asli bahasa Inggris untuk menyusun email phishing yang lebih meyakinkan dengan kesalahan yang lebih sedikit. Laporan Investigasi Pelanggaran Data Verizon 2025 bahkan menunjukkan bahwa phishing menyumbang 77% dari pelanggaran di sektor pendidikan, menjadikannya serangan paling umum.

Adopsi AI Meluas di Kalangan Sekolah

Studi ini juga menemukan bahwa AI kini telah menjadi bagian umum dari ruang kelas dan kantor fakultas:

  • 86% institusi mengizinkan penggunaan alat AI oleh siswa.
  • Hanya 2% yang melarangnya secara terang-terangan.
  • Di kalangan fakultas, adopsi bahkan lebih tinggi, mencapai 91%.

Siswa menggunakan AI terutama untuk tugas-tugas pendukung dan eksplorasi. Penggunaan paling umum meliputi:

  • Penelitian (62%)
  • Brainstorming (60%)
  • Bantuan bahasa (49%)
  • Proyek kreatif (45%)
  • Dukungan revisi (40%)

Tugas yang lebih sensitif, seperti pengkodean (30%) dan penyelesaian tugas (27%), lebih terkontrol.

Kesimpulan: Mendesaknya Peningkatan Keamanan Siber AI

Dengan adopsi AI yang terus meluas di lingkungan pendidikan, sangat penting bagi sekolah untuk tidak hanya menyadari potensi manfaatnya, tetapi juga ancaman siber yang menyertainya. Peningkatan investasi dalam anggaran keamanan siber, pelatihan staf, penerapan kebijakan yang jelas, dan edukasi berkelanjutan bagi siswa dan fakultas adalah langkah krusial untuk melindungi data dan infrastruktur digital di masa depan.

Comments (0)

Leave a Comment

Be the first to comment!