Teknologi

Kacamata Pintar Meta: Lebih Canggih atau Malah Bikin Malu?

IIstiyanto
54 views
Kacamata Pintar Meta: Lebih Canggih atau Malah Bikin Malu?

Mark Zuckerberg, CEO Meta, pernah berani mengklaim bahwa di masa depan, orang yang tidak menggunakan kacamata pintar akan mengalami "kelemahan kognitif". Namun, kenyamanan teknologi canggih ini tampaknya dibayar mahal dengan harga sosial yang cukup tinggi.

Kacamata Pintar Meta: Lebih Canggih atau Malah Bikin Malu?

Klaim ambisius Zuckerberg ini disampaikan dalam sebuah panggilan pendapatan beberapa waktu lalu. Ia yakin kacamata pintar, khususnya buatan Meta, akan memberikan keunggulan kognitif yang signifikan. Namun, demonstrasi terbaru Meta justru menunjukkan sebaliknya.

Demo yang Berantakan

Pada konferensi pengembang Connect, demonstrasi produk kacamata pintar terbaru Meta berjalan sangat buruk. Saat seorang koki mencoba menggunakan asisten suara untuk mencari resep, semua kacamata pintar Meta yang ada di ruangan—ratusan unit—tiba-tiba menyala dan berbunyi bersamaan. Meta sendiri menyebutnya sebagai serangan DDoS yang tidak disengaja karena terlalu banyak AI yang berjalan di satu tempat.

Tidak hanya itu, demo panggilan video juga gagal, dan demo yang berhasil pun dipenuhi dengan lag dan gangguan. Kegagalan ini bukan hanya lelucon semata, namun mencerminkan betapa canggungnya teknologi ini saat digunakan di dunia nyata. Percakapan yang kaku dan perintah yang berulang menunjukkan betapa jauhnya teknologi ini dari klaim yang digembar-gemborkan.

Leo Gebbie, direktur dan analis di CCS Insights, menekankan tingginya risiko kegagalan dan kesenjangan antara demonstrasi dan realita penggunaan kacamata pintar. Ia mengatakan, "Masalah utamanya adalah seberapa sering Anda berinteraksi dengan asisten AI, meminta sesuatu, dan ternyata tidak dimengerti."

Tantangan Sosial Kacamata Pintar

Jelas, kita masih jauh dari visi Zuckerberg tentang kacamata pintar yang meningkatkan kemampuan berpikir manusia. Meskipun kacamata pintar dapat mempermudah akses informasi, kenyataannya, menggunakannya bisa menjadi bumerang. Demo di Connect menunjukkan betapa canggungnya pemakaian kacamata pintar dan bagaimana hal itu justru bisa menimbulkan hambatan sosial.

Desain kacamata pintar Meta, meskipun terlihat lebih modis daripada Google Glass, tetap memiliki kekurangan. Ukurannya yang besar dan tampilan layar yang langsung di depan mata dapat mengganggu interaksi sosial. Notifikasi yang tiba-tiba muncul di tengah percakapan, misalnya, bisa sangat mengganggu. Tanner Higgin, seorang peneliti senior di West Ed, mengamati bahwa orang yang menggunakan kacamata pintar cenderung mengabaikan lingkungan sekitar dan fokus pada antarmuka, menciptakan jarak sosial yang tidak nyaman.

Gebbie, yang juga menggunakan kacamata biasa, mengaku enggan memakai kacamata pintar Meta karena khawatir akan perilaku aneh yang mungkin muncul. Meskipun demikian, Meta telah menjual lebih dari 2 juta pasang kacamata Ray-Ban buatannya. Ini menunjukkan bahwa potensi "malu" tersebut tidak menghentikan orang untuk membelinya. Meta perlu meningkatkan pengalaman pengguna dengan cara yang lebih alami, misalnya dengan fitur yang bisa mendeteksi percakapan satu lawan satu dan menonaktifkan notifikasi secara otomatis.

Manfaat dan Kekhawatiran Kacamata Pintar

Meskipun demikian, kacamata pintar memiliki beberapa fitur yang bermanfaat. Fitur live captioning, misalnya, sangat membantu bagi penyandang tunarungu atau wisatawan yang kesulitan berkomunikasi. Gebbie optimistis bahwa manfaat kacamata pintar akan segera melampaui kekhawatiran yang ada. Namun, perlu diingat bahwa teknologi ini tidak boleh dipandang sebagai alat untuk mengungguli orang lain dalam interaksi sosial. Hal tersebut justru akan menciptakan cara yang aneh untuk berinteraksi dengan dunia sekitar.

Kacamata pintar Meta, meskipun memiliki potensi besar, masih perlu banyak perbaikan sebelum benar-benar dapat meningkatkan kemampuan kognitif tanpa menimbulkan hambatan sosial. Tantangannya terletak pada bagaimana menyeimbangkan inovasi teknologi dengan kenyamanan dan kesopanan dalam interaksi manusia.

Comments (0)

Leave a Comment

Be the first to comment!