Teknologi

Pusat Data di Luar Angkasa? Mimpi Besar Teknologi untuk Atasi Krisis Iklim!

IIstiyanto
52 views
Pusat Data di Luar Angkasa? Mimpi Besar Teknologi untuk Atasi Krisis Iklim!

Perusahaan teknologi raksasa tengah berlomba membangun dan menyewa pusat data, namun aktivitas ini menimbulkan masalah besar. Konsumsi energi yang tinggi, emisi karbon yang signifikan, dan penggunaan air dalam jumlah besar menjadi dampak negatifnya. Khususnya pusat data untuk kecerdasan buatan (AI), diperkirakan kebutuhan energinya akan meningkat hingga 165 persen pada tahun 2030. Lebih dari setengah energi yang digunakan berasal dari bahan bakar fosil, mengancam upaya mengatasi krisis iklim. Lalu, apa solusinya?

Pusat Data di Luar Angkasa: Solusi Futuristik atau Sekadar Mimpi?

Menuju Pusat Data di Orbit Bumi

Beberapa tokoh penting di bidang AI, seperti Sam Altman (CEO OpenAI), melihat solusi yang cukup berani: membangun pusat data di luar angkasa. Altman bahkan membayangkan perluasan pusat data yang masif, hingga mencakup sebagian besar dunia. Sebagai alternatif, ia menyarankan untuk menempatkan pusat data di luar angkasa. Ide ini mungkin terdengar fantastis, tetapi Altman bukanlah satu-satunya yang mempertimbangkannya. Jeff Bezos dan Eric Schmidt juga tertarik dengan konsep ini.

Gagasan ini didukung oleh beberapa perusahaan rintisan seperti Starcloud, Axiom, dan Lonestar Data Systems yang telah mengumpulkan jutaan dana untuk mengembangkan teknologi ini. Keuntungannya? Pusat data di luar angkasa dapat memanfaatkan energi surya 24/7, mengurangi polusi udara, suara, dan air. Ali Hajimiri, seorang profesor teknik elektro di Caltech, bahkan telah mengajukan paten untuk sistem komputasi paralel di luar angkasa sejak 2016.

Tantangan Teknis dan Ekonomis

Namun, membangun pusat data di luar angkasa bukan tanpa tantangan. Sistem komputasi di luar angkasa relatif lebih lambat dibandingkan di Bumi. Radiasi juga menjadi masalah besar, begitu pula dengan perawatan dan peningkatan yang sangat sulit dilakukan. Biaya peluncuran ke luar angkasa juga masih tinggi, meskipun telah mengalami penurunan. Matthew Weinzierl, ekonom dari Harvard University, menekankan bahwa pusat data berbasis ruang angkasa perlu bersaing dalam hal biaya dan kualitas layanan untuk menjadi alternatif yang berarti.

Regulasi dan Masa Depan Pusat Data Luar Angkasa

Meskipun masih dalam tahap eksperimental, gagasan ini telah menarik perhatian beberapa pejabat pemerintah. Di Tucson, Arizona, misalnya, usulan pembangunan pusat data ditolak karena kekhawatiran dampak lingkungan. Namun, beberapa anggota dewan justru menyarankan untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan pusat data di luar angkasa. Michelle Hanlon, pakar hukum antariksa dari University of Mississippi, mengingatkan perlunya regulasi sebelum industri ini berkembang pesat. Saat ini, membangun pusat data di Bumi membutuhkan izin dari pemerintah setempat, sementara di luar angkasa, regulasi masih sangat minim.

Membangun pusat data di luar angkasa menawarkan solusi menarik untuk mengatasi masalah lingkungan yang terkait dengan pusat data di Bumi. Namun, tantangan teknis, ekonomis, dan regulasi masih perlu diatasi sebelum ide ini menjadi kenyataan. Meskipun begitu, perkembangan teknologi dan minat yang terus meningkat menunjukkan potensi besar pengembangan pusat data di luar angkasa di masa depan. Apakah ini akan menjadi solusi utama untuk kebutuhan komputasi global? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Comments (0)

Leave a Comment

Be the first to comment!